Sambil makan baso berdua dengan istri, aku berceritera tentang "cantik tapi tidak manis!" Ketika membeli baso tadi, ada seorang gadis cantik yang menyerobot antrianku. Logat gayanya tidak sedap untuk dinikmati (mirip bola baso kali ....). Tanpa peduli siapa yang datang duluan, langsung saja dia pesan.
Aduh anak ini ... Apa mentang-mentang cantik dan punya duit untuk bayar bakso? Tidak tahu dia siapa tukang bakso ini. Di kampungnya, ia sangat dihormati. Malah, ia sering diminta berceramah di mesjid. Dan, kalaupun tukang bakso ini bukan siapa-siapa, bukankah lebih terpuji kalau bersikap hormat, setidaknya jangan kasar lah."Pak, baksone loro! Sing pedes." (pakai bahasa Jawa yang biasa digunakan antar teman: Pak dua bakso. Pedas)
"Ngagem cambah lan kupat?" tanya si penjual bakso pakai bahasa Jawa halus yang biasa digunakan untuk orang yang dihormati ("pakai tauge dan ketupat?").
"Ora. Cepet ya pak." Dia masih menggunakan bahasa Jawa yang tidak halus. Malah nada suaranya terdengar kasar.
CERMIN YANG MENYAKITKAN
tapi cermin tetap cermin, tidak pernah berbohong. Kendati gambarnya tidak bagus, jangan dibuang. Itu gambarku sendiri. Kalau cerminnya sampai hilang, bagaimana nantinya aku dapat mengenali wajahku sendiri?
2 komentar:
Wah.... bnr mas cermin emg ga pernah bohong. Selalu jujur dlm menampilkan apa yang ada dihadapannya. Tinggal kita sendiri kapan menyadari hal itu dan bisa menerima dgn ikhlas.
From : Uchie (senikristik.blogspot.com)
iya ... menyakitkan karena terlalu jujur, ...
Posting Komentar