Senin, 05 Januari 2009

Bercermin

Sambil makan baso berdua dengan istri, aku berceritera tentang "cantik tapi tidak manis!" Ketika membeli baso tadi, ada seorang gadis cantik yang menyerobot antrianku. Logat gayanya tidak sedap untuk dinikmati (mirip bola baso kali ....). Tanpa peduli siapa yang datang duluan, langsung saja dia pesan.

"Pak, baksone loro! Sing pedes." (pakai bahasa Jawa yang biasa digunakan antar teman: Pak dua bakso. Pedas)

"Ngagem cambah lan kupat?" tanya si penjual bakso pakai bahasa Jawa halus yang biasa digunakan untuk orang yang dihormati ("pakai tauge dan ketupat?").

"Ora. Cepet ya pak." Dia masih menggunakan bahasa Jawa yang tidak halus. Malah nada suaranya terdengar kasar.

Aduh anak ini ... Apa mentang-mentang cantik dan punya duit untuk bayar bakso? Tidak tahu dia siapa tukang bakso ini. Di kampungnya, ia sangat dihormati. Malah, ia sering diminta berceramah di mesjid. Dan, kalaupun tukang bakso ini bukan siapa-siapa, bukankah lebih terpuji kalau bersikap hormat, setidaknya jangan kasar lah.

Aku akhiri ceritera ini dengan perkataan, "nah, gadis itu mungkin cermin diriku sendiri. Mungkin tanpa sengaja aku kadang juga bersikap begitu ya?" Tidak kuduga istriku menjawab dengan cepat: "Ya betul. Kamu memang sering seperti itu. Mending dia cantik. Lha kamu ..."

Asem tenan. Tembakan istriku cepat dan jitu. Mungkin dia lagi kepedesan ya? Tapi aku hanya bisa diam dan malu. Kena.

CERMIN YANG MENYAKITKAN

tapi cermin tetap cermin, tidak pernah berbohong. Kendati gambarnya tidak bagus, jangan dibuang. Itu gambarku sendiri. Kalau cerminnya sampai hilang, bagaimana nantinya aku dapat mengenali wajahku sendiri?

2 komentar:

Anonymous mengatakan...

Wah.... bnr mas cermin emg ga pernah bohong. Selalu jujur dlm menampilkan apa yang ada dihadapannya. Tinggal kita sendiri kapan menyadari hal itu dan bisa menerima dgn ikhlas.
From : Uchie (senikristik.blogspot.com)

pengasuh mengatakan...

iya ... menyakitkan karena terlalu jujur, ...

Posting Komentar