tag:blogger.com,1999:blog-78877960296809102662024-02-19T02:06:03.782-08:00template merah putihUnknownnoreply@blogger.comBlogger12125tag:blogger.com,1999:blog-7887796029680910266.post-52841096497289832742009-04-17T08:28:00.000-07:002011-01-04T12:47:16.453-08:00Orang Lain adalah Misteri<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhF8S3_Sm0_Mj5_91Wh48WfOXSVZBKobJE-VcZND1LKOAz465gOP_d8jnp60GeRDh8tM2GIpyTYu2tTeDBSVVoVZRzARdn93LcBWLkeZC9W2lObAFdCSugl8h1qbnn73Pz0dXRr537xw0Wf/s1600/garuda.JPG"><img style="float:right; margin:0 0 10px 10px;cursor:pointer; cursor:hand;width: 325px; height: 384px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhF8S3_Sm0_Mj5_91Wh48WfOXSVZBKobJE-VcZND1LKOAz465gOP_d8jnp60GeRDh8tM2GIpyTYu2tTeDBSVVoVZRzARdn93LcBWLkeZC9W2lObAFdCSugl8h1qbnn73Pz0dXRr537xw0Wf/s400/garuda.JPG" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5558435093204974418" /></a><br />Seekor bangau yang merasa tidak nyaman lagi tinggal bersama teman-temannya, terbang sendiri ke kutub selatan. la pernah mendengar ceritera mengenai penguin-penguin yang berbulu indah. Mungkin mereka dapat menjadi teman yang indah juga. Ternyata di tengah perjalanan, sayapnya membeku dan ia pun terjatuh ke salju. Seekor sapi menemuinya, bertanya mengapa ia mengalami nasib seperti itu. Setelah tahu kisahnya, sapi itupun dengan sinis memberaki sang bangau dan pergi. "Bangau bodoh," katanya, "punya teman malah ditinggalkan!" Tanpa diduga ternyata hangat tinja sapi itu justru mencairkan es yang membeku di sayapnya.<br /><a name="more"></a><br />Sang bangau pun melanjutkan perjalanan. Cuaca dingin kembali membekukan bulu-bulunya. Ia jatuh kembali ke tanah dan tertimbun salju. Seekor kucing mendatanginya, mengorek-ngorek salju yang menutupinya. Setelah sang bangau terbebas dari salju dan es, kucing itupun memakannya.<br /><br />Kawan yang nampaknya memusuhi ternyata adalah penolong dan yang nampaknya mau menolong ternyata malah musuh. Orang lain adalah misteri yang sulit ditebak. Untuk bergaul dengan orang lain kita harus siap dengan resiko semacam itu. (Dari film Assassin: Stallone and Meryl Streep)Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7887796029680910266.post-38693153816785866002009-03-26T18:39:00.000-07:002011-01-05T13:45:43.896-08:00Lebih Baik Menanam<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj9ACPbdPuaIjOIZE9Y24Oc7SKojn5Tf_N5R67rjK2Csf92Mjp3jfJI0i6NvWy_f-p_g_GFMy9CUYzd1OzRDLtoOcKguosMj8l3i-ASEruMtQ9rFFLRL-G9NIOltcy2s8wLbqZO5s5HD7u3/s1600/di+perancis2.jpg"><img style="float:right; margin:0 0 10px 10px;cursor:pointer; cursor:hand;width: 400px; height: 300px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj9ACPbdPuaIjOIZE9Y24Oc7SKojn5Tf_N5R67rjK2Csf92Mjp3jfJI0i6NvWy_f-p_g_GFMy9CUYzd1OzRDLtoOcKguosMj8l3i-ASEruMtQ9rFFLRL-G9NIOltcy2s8wLbqZO5s5HD7u3/s400/di+perancis2.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5558821287882851794" /></a><br />Setelah menebang pohon rambutan kebanggaannya, Pak Hamid menjadi seperti orang linglung. Pohon rambutan itu, baru saja berbuah lebat sekali. Buah pertama. la sudah berceritera kepada para tetangganya, pohon itu adalah pohon rambutan yang paling cepat menghasilkan buah dari semua pohon rambutan yang pernah ditanamnya. Buahnya manis dan betui-betul ace.<br /><br />Orang-orang termasuk anak-anak mulai tertarik memperhatikan pohon itu. Namun kebanggaan Pak Hamid tidak berlangsung lama.<br />Ketertarikan anak-anak berubah menjadi keinginan untuk ikut mendcipi buahnya. Asal Pak Hamid lalai sedikit menjaganya, anak-anak segera berebutan memanjat atau melemparinya dengan batu. Dasar anak-anak. Mereka tidak peduli apakah batu itu akhirnya nyasar ke genteng atau malah mengenai teman mereka sendiri. Pak Hamid bertambah jengkel. Kalau mau minta, sebetulnya ia rela memberikan satu dua buah untuk dicicipi, namun belum pernah ada yang terang-terangan minta. Mereka mencuri. <a name='more'></a>Kejengkelan Pak Hamid memuncak ketika hanya dalam satu malam saja, pada waktu itu ia dan anak istrinya pergi ke rumah famili, seluruh buah rambutannya habis dicuri orang. Padahal dia sudah menetapkan tanggal panennya, termasuk rencana untuk membagi-bagikan buah itu kepada para tetangga.<br /><br />Pohon rambutan kebanggaan telah menimbulkan godaan untuk mencuri. Oleh karena itu, tidak ada pilihan lain menurut Pak Hamid kecuali menebangnya. Dari pada ia sendiri kecewa dan orang-orang di kampung itu berubah menjadi pencuri, lebih baik baginya kehilangan pohon rambutan.<br />Masih seperti orang linglung, Pak Hamid tiba-tiba meninggalkan kapaknya dan membiarkan pohon itu rebah begitu saja. Ia mulai memunguti biji-biji rambutan yang dibiarkan para pencuri berceceran di tanah. Para tetangga diam-diam memperhatikannya. Kemudian, ia menyiapkan sebidang tanah dan menanam secara teratur biji-biji itu.<br />Sebulan berselang, biji yang ditanam sudah berubah menjadi pohon-pohon kecil. Ia mulai menanamnya pada kebun belakangnya yang luas. Puluhan pohon. Para tetangganya pun mulai tertarik. Pak Hamid memberikan tiga pohon kecil kepada siapapun yang berminat untuk ditanam di kebun mereka sendiri. Ia sendiri menanam pohon rambutan pada setiap tanah desa yang kosong: pinggiran-pinggiran jalan, dan halaman balai desa. Bukan hanya menanam, dengan tekun ia memperhatikan dan menyirami pohon-pohon itu.<br />Orang-orang sudah melupakan Pak Hamid ketika beberapa tahun kemudian kampung itu dipenuhi pohon rambutan yang<br />serempak menghasilkan buah. Ada yang buahnya manis dan ace, ada juga yang kecut dan tidak ace. Pak Hamid merasa puas. Tidak ada lagi orang-orang yang berusaha mencuri rambutan. Semua orang sudah mempunyai pohon rambutan sendiri, dan anak-anak dapat memetik rambutan di tepi-tepi jalan. Ternyata lebih baik menanam dari pada menebang.Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7887796029680910266.post-53841801827312509372009-01-21T00:09:00.000-08:002011-01-04T12:38:59.729-08:00Si Pemungut Gabah<img id="BLOGGER_PHOTO_ID_5293656962465432338" style="DISPLAY: block; MARGIN: 0px auto 10px; WIDTH: 240px; CURSOR: hand; HEIGHT: 320px; TEXT-ALIGN: center" alt="" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj-LJ8EGXVR5kcXz9mgWHIgSRkgJ_jl8LKEHd24OUuUBQ2iDcDucnaXyPFfSfj_kefG0Cv1v45pwDM6-3IojjBXmz9whnASRs0gKf4VoglL6oCM59LqbB1DPgM5STSppQ-xb4-fb1fyCzDQ/s320/commodities-grains.html_PHOTO" border="0" /><br /><div>Di sebuah kampung hidup seorang wanita tua yang menjadi bahan pembicaraan orang banyak. Dia bukan pengemis atau orang miskin. Sawahnya luas dan anak-anaknya pun telah menjadi orang yang berhasil. Hanya saja ia mempunyai kebiasaan aneh. Kemana pun ia pergi, asal ada gabah berceceran di tanah ia segera membungkuk dan memungutinya. Kadang-kadang ia menggunakan sapu, namun biasanya ia hanya menggunakan tangannya saja untuk mengumpulkan gabah-gabah yang ditemuinya. </div><div> </div><div>Orang-orang mulai menduga-duga. "Dia itu wanita yang gila kekayaan. Padinya sendiri utuh. Ia cukup makan dengan gabah-gabah yang dipungutinya."<br />Dugaan demi dugaan terus berkembang. Yang paling dasyat adalah tuduhan bahwa ia memelihara sejenis tuyul yang memaksanya melakukan pekerjaan itu, sebagai syarat supaya menjadi kaya.<br />Ibu itu tidak pernah memberi penjelasan, <a name='more'></a>sehingga tidak seorang pun tahu persis arti tindakannya. Ketika ajalnya hampir datang, ia mengumpulkan semua anak cucunya. Kepada mereka, ia menerangkan arti kebiasaannya itu.<br />"Sepiring nasi yang kita makan berasal dari butiran-butiran padi, yang ditumbuk menjadi beras dan dimasak menjadi nasi. Tidak pernah ada sepiring nasi tanpa butiran-butiran gabah itu." Hidupnya menjadi kesaksian bahwa sepiring nasi tidak lebih penting dari pada sebutir gabah yang dipungut dengan tangannya.<br />Kita biasa terpaku pada sepiring nasi dan melupakan butir-butirannya. Hidup juga terdiri dari unsur-unsur kecil yang terpadu menjadi satu. Bila kita ingin hidup yang memuaskan, hidup yang baik dan berbahagia, jangan lupakan butir-butir gabah itu. Kita harus tlaten memungutinya setiap hari.</div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7887796029680910266.post-29204161325497360302009-01-12T09:37:00.001-08:002010-08-12T10:09:01.961-07:00Rasa Benci Merugikan Diri Sendiri<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiQXg-1OKIfeiVB382hT4CVtahp5y6QTDgubU4Rt9DSS-ZsdkGiF_zUAaqiow8KssyIqJ0rNAe9UYJDY14zWmGHHkibzBkDYA76cwXINuwe7VRL9j66JKjaQunK_7ti7Rl6dW33ssPXTlGe/s1600-h/hate+you.jpg"><img id="BLOGGER_PHOTO_ID_5290465458748429266" style="DISPLAY: block; MARGIN: 0px auto 10px; WIDTH: 380px; CURSOR: hand; HEIGHT: 214px; TEXT-ALIGN: center" alt="" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiQXg-1OKIfeiVB382hT4CVtahp5y6QTDgubU4Rt9DSS-ZsdkGiF_zUAaqiow8KssyIqJ0rNAe9UYJDY14zWmGHHkibzBkDYA76cwXINuwe7VRL9j66JKjaQunK_7ti7Rl6dW33ssPXTlGe/s400/hate+you.jpg" border="0" /></a><br /><div>Orang yang membenci sebenarnya menciptakan belenggu untuk dirinya sendiri. Dengan tangannya, ia membawa kemana-mana sebuah gada yang siap dipukulkan kepada orang yang dimusuhinya. Seluruh daya hidupnya dihabiskan untuk menjaga gada itu dan mengawasi kalau-kalau musuhnya datang. Orang itu sudah tidak punya tenaga lagi untuk menikmati hidup yang santai, mencinta orang lain atau memperhatikan dirinya sendiri. Tenaga dan kemampuannya untuk berbuat kebaikan sudah terbelenggu. Kalau suatu saat ia terpeleset dan jatuh, tidak cukup tangan juga untuk berpegangan. Ia menjadi seperti orang cacat yang melakukan segala-galanya hanya dengan tangan satu. Itulah sebabnya, orang yang membenci sulit untuk merasakan kebahagiaan.<br /><br />Sebelum kamu benar-benar dilumpuhkan oleh kebencian dalam hatimu, mulai saat ini belajarlah bersabar dan memaafkan. Hidupmu akan terasa lebih ceria dan ringan.</div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7887796029680910266.post-64319552149351180572009-01-12T09:37:00.000-08:002011-01-05T13:45:05.790-08:00Kamu Bisa Mengubah Orang Lain<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjqj49u4mmeO6EMSClVRFGfqCTtjadKtTVQenJEb6eDUQwLhFrUv429xy9XtLZt19MMdhNwIrAHHZBgy9eqU8-_9sUUF2E9ds5mhgIv89Z0uXaBH_TjHbzjxZkMJfqfge5Y3GCG4vrWJnux/s1600/aku+1.jpg"><img style="float:right; margin:0 0 10px 10px;cursor:pointer; cursor:hand;width: 210px; height: 316px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjqj49u4mmeO6EMSClVRFGfqCTtjadKtTVQenJEb6eDUQwLhFrUv429xy9XtLZt19MMdhNwIrAHHZBgy9eqU8-_9sUUF2E9ds5mhgIv89Z0uXaBH_TjHbzjxZkMJfqfge5Y3GCG4vrWJnux/s400/aku+1.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5558821124952642386" /></a><br /><div align="justify">Pada suatu malam bergerimis, seorang pemuda kulit hitam melintasi jalan kota Washington yang sepi. la baru saja memasuki kota itu. Rumah yang akan didatanginya masih beberapa ratus meter jauhnya. Kedua tangannya masing-masing menjinjing sebuah kopor besar dan di punggung masih ada sebuah tas lagi. Perjalanan malam itu benar-benar tidak menyenangkan. </div><br /><div align="justify">Di suatu persimpangan jalan, ketika ia beristirahat sejenak, datanglah seorang pemuda kulit putih menawarkan bantuan kepadanya. "Mari kubawakan, saya juga ke arah sana." <a name='more'></a>Suatu tawaran yang aneh, pikirnya. Pada waktu itu, hubungan orang-orang kulit hitam dan kulit putih bagaikan kucing dengan anjing. Permusuhan rasial sedang hebat-hebatnya. Apakah orang ini sedang mencari gara-gara? "Tidak usah takut, saya bersungguh-sungguh." Kata pemuda putih itu menjawab keraguan pemuda asing di depannya. Walaupun dengan ragu-ragu, pemuda kulit hitam itupun menyerahkan salah satu kopornya. Mereka berjalan berdampingan sambil bercakap-cakap.</div><div align="justify"><br />Bertahun-tahun kemudian pemuda kulit hitam itu menjadi tokoh pendidikan Amerika yang dengan giat memperjuangkan persaudaraan kulit hitam dan kulit putih. Sementara itu, pemuda yang berkulit putih kemudian menjadi presiden Amerika yang bernama John F. Kennedy. Presiden ini juga memperjuangkan persamaan hak kulit hitam dan putih.</div><div align="justify"><br />Perjumpaan ternyata bisa mengubah hidup seseorang. Bagaimanakah aku selama ini menghadirkan diri bagi orang lain? Dirimu bisa menjadi inspirasi bagi orang lain.</div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7887796029680910266.post-36438021723988656472009-01-10T07:26:00.000-08:002011-01-05T13:44:25.978-08:00Jangan Berprasangka<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgrreFFGGib17BYlQAOAjL4x6La3kgmTZHLOmfmuI-8Rf4MKLh6iTD3nE6iAFh02wy-skhHLY3Xu4nLIOQ6i6XKhet8r8EThxlXmb-ZmagBCKqXnOXeAkqVdUmfKng2MGI2jWtpSnYdjjsL/s1600/absstrak1.jpg"><img style="float:right; margin:0 0 10px 10px;cursor:pointer; cursor:hand;width: 260px; height: 345px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgrreFFGGib17BYlQAOAjL4x6La3kgmTZHLOmfmuI-8Rf4MKLh6iTD3nE6iAFh02wy-skhHLY3Xu4nLIOQ6i6XKhet8r8EThxlXmb-ZmagBCKqXnOXeAkqVdUmfKng2MGI2jWtpSnYdjjsL/s400/absstrak1.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5558820945663742786" /></a><br /><div align="justify"><br />Tidak ada niat apapun di dalam hatiku dan temanku, ketika malam itu kami berlama-lama ngopi di ujung sebuah gang remang-remang. Kami hanya ingin melihat wajah mereka, mendengar suara mereka, dan memahami kebiasaan mereka. Dunia itu terlalu asing bagi kami dan kami tergoda untuk mengintipnya.</div><div align="justify"><br />Mereka ternyata manusia biasa, walaupun berdandan lebih seronok dari pada wanita-wanita biasa. Mereka bukan monster seksi, walaupun cara tampil mereka lebih berani dan genit.<br /><blockquote>"Sudah punya pacar mas?" tanya seseorang yang sej'ak aku duduk di situ asyik mengepulkan asap ke hadapanku.</blockquote></div><blockquote>"Sudah," jawabku berbohong sekenanya. </blockquote><p></p><p>Dia pasti mengira aku sedang coba-coba memasuki dunia mereka, membiarkan diri dipeluk oleh kenikmatan yang mereka jajakan. </p><blockquote>"Kalau begitu, tidak baik mas datang kemari." Di keremangan lampu warung, kulihat wajahnya bersungguh-sungguh. "Di sini tempat kotor. Siapapun yang datang akan tertulari kekotorannya. Tidak hanya penyakitnya yang menular, mentalitasnya juga menular."</blockquote><p>Aku kaget. Mestinya ia menawarkan diri kepadaku. Sebaliknya ia memberiku nasehat bijak, dan kemudian panjang lebar mengajariku melintasi kehidupan dengan contoh konkrit kisah hidupnya sendiri. Mereka manusia biasa, yang bahkan bisa memberi nasehat. Semua orang memiliki sisi baiknya masing-masing.</p>Unknownnoreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-7887796029680910266.post-8107631812668923842009-01-05T10:29:00.000-08:002010-08-12T10:09:01.967-07:00BercerminSambil makan baso berdua dengan istri, aku berceritera tentang "cantik tapi tidak manis!" Ketika membeli baso tadi, ada seorang gadis cantik yang menyerobot antrianku. Logat gayanya tidak sedap untuk dinikmati (mirip bola baso kali ....). Tanpa peduli siapa yang datang duluan, langsung saja dia pesan.<br /><div><blockquote><p>"<em>Pak, baksone loro! Sing pedes</em>." (pakai bahasa Jawa yang biasa digunakan antar teman: Pak dua bakso. Pedas)</p><p>"<em>Ngagem cambah lan kupat</em>?" tanya si penjual bakso pakai bahasa Jawa halus yang biasa digunakan untuk orang yang dihormati ("pakai tauge dan ketupat?").</p><p>"<em>Ora. Cepet ya pak</em>." Dia masih menggunakan bahasa Jawa yang tidak halus. Malah nada suaranya terdengar kasar.</p></blockquote>Aduh anak ini ... Apa mentang-mentang cantik dan punya duit untuk bayar bakso? Tidak tahu dia siapa tukang bakso ini. Di kampungnya, ia sangat dihormati. Malah, ia sering diminta berceramah di mesjid. Dan, kalaupun tukang bakso ini bukan siapa-siapa, bukankah lebih terpuji kalau bersikap hormat, setidaknya jangan kasar lah.</div><br /><div></div><div>Aku akhiri ceritera ini dengan perkataan, "nah, gadis itu mungkin cermin diriku sendiri. Mungkin tanpa sengaja aku kadang juga bersikap begitu ya?" Tidak kuduga istriku menjawab dengan cepat: "Ya betul. Kamu memang sering seperti itu. Mending dia cantik. Lha kamu ..."</div><br /><div></div><div>Asem tenan. Tembakan istriku cepat dan jitu. Mungkin dia lagi kepedesan ya? Tapi aku hanya bisa diam dan malu. Kena.</div><div> </div><div> </div><div></div><img id="BLOGGER_PHOTO_ID_5287883344875272402" style="DISPLAY: block; MARGIN: 0px auto 10px; WIDTH: 320px; CURSOR: hand; HEIGHT: 253px; TEXT-ALIGN: center" alt="" src="http://1.bp.blogspot.com/_zDvu8Vi0K-k/SWJV4sD-uNI/AAAAAAAABpU/qoiD0qdQmGQ/s320/cermin+ajaib.jpg" border="0" /><br /><div></div><p align="center"><span style="color:#6633ff;">CERMIN YANG MENYAKITKAN</span></p><p align="center"><span style="color:#6633ff;">tapi cermin tetap cermin, tidak pernah berbohong. Kendati gambarnya tidak bagus, jangan dibuang. Itu gambarku sendiri. Kalau cerminnya sampai hilang, bagaimana nantinya aku dapat mengenali wajahku sendiri?</span></p>Unknownnoreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-7887796029680910266.post-75802779504512120262009-01-04T03:32:00.000-08:002010-08-12T10:09:01.970-07:00Hidup yang SuburIni potret tomat di kebun kami pada musim kemarau kemarin. Lucu ya... Beberapa pohon tomat di kebun kami berbuah seperti ini. Selain cantik, rasanya juga manis, betul-betul manis.<br /><br />Semua buah cantik itu berasal dari pohon tomat yang subur. Batangnya kuat, daunnya hijau rimbun. Hampir setiap ketiaknya mengeluarkan buah. Karenannya kami memasang tali untuk memperkuat agar tidak patah.<br /><br />Begitu juga hidup. Buah-buah yang cantik dan indah, hanya muncul dari hidup yang subur. Seperti apakah hidup yang subur itu? Hidup yang penuh kegembiraan sejati, penuh kedewasaan yang matang, penuh kasih... begitulah. <br /><br /><a href="http://2.bp.blogspot.com/_zDvu8Vi0K-k/SWCftzkkWeI/AAAAAAAABog/Fbe7vN8rEow/s1600-h/tomat.jpg"><img id="BLOGGER_PHOTO_ID_5287401571819477474" style="DISPLAY: block; MARGIN: 0px auto 10px; WIDTH: 274px; CURSOR: hand; HEIGHT: 320px; TEXT-ALIGN: center" alt="" src="http://2.bp.blogspot.com/_zDvu8Vi0K-k/SWCftzkkWeI/AAAAAAAABog/Fbe7vN8rEow/s320/tomat.jpg" border="0" /></a><br /><div></div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7887796029680910266.post-52438044527775416702008-12-30T22:52:00.000-08:002010-08-12T10:09:01.974-07:00Rasanya Menunggu ....<div align="center">Bapak ini sedang menunggu atau marah pada tiang lampu merah?</div><div align="center"> </div><div align="justify"><a href="http://4.bp.blogspot.com/_zDvu8Vi0K-k/SVsXFAhe-uI/AAAAAAAABms/NdAWpXhuewA/s1600-h/MENUNGGU.jpg"><img id="BLOGGER_PHOTO_ID_5285843962456636130" style="DISPLAY: block; MARGIN: 0px auto 10px; WIDTH: 256px; CURSOR: hand; HEIGHT: 320px; TEXT-ALIGN: center" alt="" src="http://4.bp.blogspot.com/_zDvu8Vi0K-k/SVsXFAhe-uI/AAAAAAAABms/NdAWpXhuewA/s320/MENUNGGU.jpg" border="0" /></a> Ada banyak rasa tidak enak yang muncul ketika menunggu. Cemas, gelisah, marah, kecewa, putus asa, takut, benci, ... Karenanya menunggu selalu terasa lama. Kita ingin cepat bebas dari rasa menyiksa itu.</div><div align="center"> </div><div align="justify">Bagaimana untuk melepaskan diri dari perasaan ini?</div><div align="justify">Belajar saja dari tingkah polah manusia di antrean depan kasir suatu bank. Dari sekian banyak yang berdiri di barisan tunggu itu, pasti sebagian nampak gelisah. Rasa jengkel dan kurang sabar sangat jelas kelihatan dalam raut wajah dan tingkah polah mereka.</div><div align="justify"> </div><div align="justify">Perhatikan lagi lebih seksama. Kemungkinan besar ada beberapa orang yang pegang hp dan sibuk ber-sms. Mereka mengalihkan kegelisahan ke kegiatan lain yang tidak tahu berguna atau tidak. Sebagian yang lain asyik ngobrol ...</div><div align="center"> </div><div align="center">Lihat, satu penantian yang sama disikapi dengan cara yang berbeda. Dari yang mereka lakukan kita sudah dapat menilai yang manakah dapat dipakai sebagai pelajaran.</div><div align="center"> </div><ul><li><div align="justify">Memelihara berbagai rasa tidak enak menanti dan tidak berusaha melepaskan diri darinya adalah bodoh. Kesusahan dibuat sendiri. Dalam hidup masa kini selalu terkandung penantian. Alangkah susahnya hidup bila kita hanya menyerah saja pada perasaan yang menyerang kita.</div></li><li><div align="justify">Kegiatan menanti seharusnya ditiadakan dalam hidup. Bukan karena sudah tidak ada yang ditunggu lagi, tetapi kegiatan menanti bisa diisi atau diganti dengan kegiatan lain. Tentu dengan sesuatu yang berarti. Ber-sms tanpa tujuan jelas malah merugikan. Ngobrol dengan yang lain mungkin sedikit lebih baik karena bisa menambah relasi silahturahmi.<br /></div></li></ul><div align="center"></div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7887796029680910266.post-30048311099343139032008-12-29T08:40:00.000-08:002010-08-12T10:09:01.976-07:00Kamu bukan Dewa<a href="http://2.bp.blogspot.com/_zDvu8Vi0K-k/SVkEJMAuM_I/AAAAAAAABmY/Dnp9EjNyPC4/s1600-h/BoyAngel.jpg"><img id="BLOGGER_PHOTO_ID_5285260193585574898" style="DISPLAY: block; MARGIN: 0px auto 10px; WIDTH: 320px; CURSOR: hand; HEIGHT: 318px; TEXT-ALIGN: center" alt="" src="http://2.bp.blogspot.com/_zDvu8Vi0K-k/SVkEJMAuM_I/AAAAAAAABmY/Dnp9EjNyPC4/s320/BoyAngel.jpg" border="0" /></a><br /><div align="justify">... ucapkan pelan-pelan ungkapan ini: aku bukan dewa.<br /><br />Ya. Kamu memang bukan dewa. Karenanya kamu bisa melakukan kesalahan, bertindak bodoh, ceroboh atau terjerat oleh perasaan tertentu.<br /><br />Kamu perlu sering mengucapkan kata-kata ini ketika sendirian atau sedang bercermin. Bukan untuk menghibur diri tanpa arti, tetapi untuk mensugesti diri ke arah 'menerima diri secara wajar'.<br /><br />Sering kita berani memaklumi dan memaafkan orang lain, persis dengan awal kalimat yang sama ini: kamu bukan dewa! Sayang terhadap diri sendiri kita lupa untuk menerapkannya. Akibatnya ruang bawah sadar kita dipenuhi dengan bertumpuk-tumpuk rasa bersalah, penyesalan, atau bahkan kutukan terhadap diri sendiri.<br /><br />Untuk apa menyimpan aneka kotoran itu? Sebagian besar karena ketidaktahuan. Masalah-masalah, pikiran atau perasaan yang tidak diselesaikan dengan tuntas akan mengendap ke dasar kesadaran kita. Belum hilang hanya tertimbun saja.<br /><br />Karenanya, selesaikan sedapat mungkin semua hal yang tidak sehat dalam hidupmu. Sadari saja bahwa kamu bukan dewa. Bisa salah, tetapi karena kamu bukan dewa maka tidak ditakdirkan untuk tetap salah. Ingatlah: kamu bukan DEWA PEMARAH, DEWA PENCEMBURU, DEWA SALAH LANGKAH, atau DEWA KEBODOHAN. Kamu manusia, bisa keliru dan bisa mempebaikinya ... ! Tul ngga?</div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7887796029680910266.post-47639027999299892082008-12-24T07:59:00.000-08:002010-08-12T10:09:01.981-07:00Antri Minyak Tanah<a href="http://2.bp.blogspot.com/_zDvu8Vi0K-k/SVT9iVJSshI/AAAAAAAABlY/3l2yMwxN-hA/s1600-h/antri+minyak+tanah.jpg"><img id="BLOGGER_PHOTO_ID_5284127029045932562" style="MARGIN: 0px 10px 10px 0px; WIDTH: 320px; CURSOR: hand; HEIGHT: 240px" alt="" src="http://2.bp.blogspot.com/_zDvu8Vi0K-k/SVT9iVJSshI/AAAAAAAABlY/3l2yMwxN-hA/s320/antri+minyak+tanah.jpg" border="0" /></a><br /> Orang berkerumun untuk antri minyak tanah. Awas, di daerah lain harganya sudah harga bukan subsidi, alias di atas 9ribu. ...<br /><br />Ketika saya berhenti untuk ambil foto, seorang bapak menghampiri:<br />-Mas, kejadiannya hampir seperti tahun 65-an ya!<br />Saya bengong karena saat itu belum lahir.<br />-Oh mungkin belum lahir ya?<br />Lalu kami sedikit ngobrol, atau lebih tepatnya ngrasani para koruptor, para pemegang kuasa yang tidak bener, dsb.<br />-Matikan dulu motornya, Mas<br />Saya malah buru-buru pamitan. Takut nantinya terpancing bukan sekedar ngrasani lagi ...Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7887796029680910266.post-55105385076793884222008-09-25T09:46:00.000-07:002010-08-12T10:09:01.988-07:00Kisah Inspiratif: Menjadi Suci<div align="justify">Sebelum wafat, seorang ayah yang terkenal karena kesuciannya memanggil keempat anaknya.<br /><br />"Anak-anakku, aku hampir mati. Tidak ada harta atau kepandaian luar biasa yang dapat kuwariskan kepada kalian."<br />Kata anak-anaknya,<br />"Kami tahu ayah adalah orang yang suci. Wariskan kesucian itu kepada kami. Itu saja yang kami dambakan, kami tidak menginginkan apapun yang lain."<br />Sang ayah merasa senang dan puas, maka iapun memberikan pesan terakhir,<br />"Baik sekali anak-anakku. Kalian sudah mengerti harta yang paling penting dalam hidup ini. Tapi kesucian tidak dapat diwariskan. Setiap orang harus mencari dan memperjuangkannya sendiri. Lihatlah hidupku dan kalian akan tahu bagaimana kesucian itu dapat dicapai."<br /><br />Setelah itu meninggallah sang ayah.<br /><br />Segera setelah masa berkabung berlalu, masing-masing anak bersiap-siap pergi untuk mencari jalan menuju kesucian. Anak yang sulung pergi ke suatu gunung yang sepi. Di sana ia menghabiskan waktu untuk bertapa dan berpuasa. Ia ingat betul, bertapa itulah yang dilakukan ayahnya dahulu. Anak yang nomer dua pergi ke tempat-tempat yang jauh untuk menemui guru-guru yang bijaksana. Ia yakin ayahnya menjadi suci karena mengerti sungguh-sungguh makna kehidupan. Anak yang nomer tiga juga pergi mengembara ke tempat-tempat yang jauh, bukan untuk mencari guru-guru kebijaksanaan seperti kakaknya, tetapi untuk mengunjungi tempat-tempat suci. Ayah menjadi suci karena mendapat berkat dari tempat-tempat ini, pikirnya.<br /><br />Setelah semua kakaknya pergi tinggallah anak bungsu yang kebingungan. Ia sebenarnya juga ingin pergi mencari jalan menuju kesucian seperti kakak-kakaknya. Namun, ia sendiri bingung untuk memilih jalan yang mana. Semua jalan yang sekarang ini dilalui kakak-kakaknya sudah dilewati ayahnya. Jalan manakah yang paling baik?<br /><br />Selain bingung menentukan jalan mana yang harus dilalui, ia juga bingung karena tidak ada orang yang menggantikan pekerjaan ayahnya. Selama ini ayahnya mengerjakan sebidang kebun kecil di belakang rumah untuk makan seluruh keluarga. Ia harus mencari air dari tempat yang jauh karena di sekitar tempat itu memang tidak ada mata air. Dalam sehari, ia beberapa kali bolak balik memikul kantong-kantong air. Sebagian air itu digunakannya untuk mengairi ladangnya sendiri dan sebagian yang lain disisakan untuk orang-orang yang singgah. Rumah kecilnya selalu disinggahi para pejiarah atau siapapun yang kebetulan melintasi jalan di depan rumah itu. Ia selalu menyambut kedatangan mereka dengan senyum. Itulah yang dikerjakannya setiap hari, dan entah mengapa orang-orang menganggapnya sebagai orang suci.<br /><br />Setelah orang suci itu wafat ternyata orang-orang tetap singgah di rumah itu. Karena tidak ada orang lain, terpaksa si bungsu melakukan pekerjaan ayahnya. Mula-mula, ia mengerjakannya dengan terpaksa dan menggerutu. Mengapa aku harus melakukan hal remeh seperti ini sementara kakak-kakaknya mungkin sudah maju dalam kesucian mereka. Ia sama sekali tidak mengerti mengapa sebagai orang suci dulu ayahnya mau repot-repot menjadi pencari air. Bukankah duduk berdoa dan memberi wejangan lebih cocok untuk seorang suci?<br /><br />Entah mengapa lama kelamaan si bungsu akhirnya menemukan kegembiraan yang ajaib. Orang-orang yang kehausan setelah melakukan perjalanan di tengah padang selalu keluar dari rumahnya dengan wajah ceria. Air yang disediakannya ternyata membuat mereka kembali hidup dan bersemangat. Mereka tidak pernah memberikan apapun sebagai imbalan air minum itu, sudah sejak dahulu ayahnya memang menyediakan air secara cuma-cuma. Namun kegembiraan mereka sudah memberikan upah yang tidak terkira bagi jiwanya.<br /><br />Hari berganti bulan dan tahun, si bungsu terus mengerjakan pekerjaan remeh itu. Kadang-kadang muncul keinginan untuk menyusul salah seorang kakaknya. Namun, akhirnya ia malah lupa untuk mencari jalan menuju kesucian.<br /><br />Ketika keempat anak itu meninggal, mereka berharap dapat cepat berkumpul bersama sang ayah di sorga. Sebelum masuk sorga ternyata mereka harus menunggu di api pencucian dahulu. Setelah beberapa saat menunggu, si bungsulah yang pertama dipanggil untuk masuk sorga. Kakak-kakaknya sudah menjadi pertapa yang disegani, dan orang bijaksana, dan pejiarah yang masyur. Mengapa bukan mereka yang dipanggil dahulu. Sedangkan ia hanya orang yang menyediakan air saja?</div>Unknownnoreply@blogger.com0